Rabu, 23 Oktober 2024

KONEKSI ANTAR MATERI Modul 3.1

 

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai

Kebajikan sebagai Pemimpin

 

 

Assalamu’alaikum wr. wb, 

Saya Fitri Hastuti Febriana, S.Pd dari SD Negeri 5 Teluk, Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Banyumas. Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Kalis Haryanto, S.Pd selaku Fasilitator dan Ibu Yunelly Wikundari, S.Pd selaku pengajar praktik. Dalam Pendidikan guru penggerak ini, saya tergabung di kelas 11.019 BBGP Jateng.

Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan kutipan berikut ini:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang barharga/utama adalah yang terbaik”
(Bob Talbert)

Kutipan Bob Talbert, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pendidikan tidak hanya pada aspek teknis seperti keterampilan menghitung, tetapi juga pada pemahaman nilai-nilai dan prinsip kebajikan universal yang lebih dalam. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan  yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.

Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.

“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel)

Dari kutipan diatas, Pendidikan merupakan proses menuntun penguatan karakter dan nilai-nilai kebajikan universal yang diterima di seluruh dunia. Pendidikan karakter sangat penting apalagi di zaman yang sudah modern seperti ini. Penguatan nilai karakter sangat dibutuhkan generasi sekarang untuk mencetak generasi pintar tidak hanya di bidang intelektual saja tetapi juga mempunyai akhlak dan adab yang tinggi.

 

Diawali dengan, Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yaitu yang terkenal dengan semboyan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Pratap yang pertama yaitu ing ngarsa sung tuladha artinya di depan dapat memberikan teladan yang baik. Seorang pemimpin harus berani dan percaya diri baik dalam mengambil keputusan berdasarkan prinsip pemimpin maupun menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambil. Sehingga kelak dapat menjadi teladan yang baik bagi rekan sejawat dan murid. Pratap yang kedua yaitu ing madya mangun karsa artinya di tengah dapat membangun semangat dan kemampuan. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak pada murid, serta membangkitkan semangat dan kemampuan muridnya. Pratap yang ketiga tut wuri handayani artinya di belakang dapat memberikan dorongan kinerja untuk mengembangkan potensi. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil, dan kesiapan belajar murid.

Dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara dengan menjadi teladan yang baik, fasilitator, motivator, dan mampu membentuk karakter murid sesuai profil pelajar Pancasila, serta menerapkan prinsip dan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Seorang pemimpin akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan tidak terlepas dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita dan keputusan tersebut akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kita. Keputusan tepat yang diambil merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai tersebut merupakan manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Bimbingan yang telah dilakukan oleh fasilitator dan pengajar pratik mengenai pengambilan keputusan sangat efektif karena melalui coaching saya lebih memahami tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, saya mampu mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil sebelumnya, apakah sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, dan apakah keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Coaching juga dapat membantu saya dalam mengidentifikasi permasalahan baik dilema etika maupun bujukan moral dengan memperhatikan paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, serta langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid maupun komunitas praktisi di sekolah.

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

 Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya dalam masalah dilema etika. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan, agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. Dalam mengelola aspek sosial emosional yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan teknik mindfullnes atau kehadiran penuh dengan nilai-nilai kebajikan.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik ketika dihadapkan pada masalah moral atau etika, baik secara sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma maka keputusan yang diambilnya cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Seorang pendidik yang memiliki nilai reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid akan menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar, dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya murid.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat tekait masalah moral atau etika dapat dicapai melalui langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis masalah yang cermat sesuai langkah tersebut, maka keputusan yang diambil akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

 

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Proses pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika dengan menggunakan paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, serta langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan merupakan hal baru. Sehingga membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk merubah pola pikir baik guru, murid maupun komunitas praktisi yang ada di sekolah untuk melakukan perubahan dalam pengambilan keputusan. Perlu adanya komunikasi dan sosialisasi untuk memberikan pemahaman tentang paradigma baru dalam pengambilan keputusan dan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.

 

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita lakukan selama pengajaran sangat berpengaruh terhadap murid. Apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media, dan sistem penilaian yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian, dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang memerdekakan murid tentu akan mempengaruhi kehidupan masa depan murid tersebut. Murid akan terbentuk menjadi manusia yang merdeka, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, penuh pertimbangan, dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang berpihak kepada murid harus mempertimbangkan minat belajar, profil belajar, dan kesiapan belajar murid yang kemudian diaplikasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi.

 

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari modul yang sudah saya pelajari dan kaitannya dengan materi pada modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi yang harus dimiiki oleh guru. Dalam pengambilan keputusan harus berlandaskan kepada Pratap Triloka filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran melalui coaching. Seorang guru juga harus menguasai kompetensi sosial emosional untuk dapat mengambil keputusan yang berpihak pada murid melalui Teknik kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

  

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang materi pada modul ini, antara lain:

a.   Dilema etika merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus memilih antara dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan.

b.   Bujukan moral merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah.

c.     Empat paradigma pengambilan keputusan, yaitu:

1)    Individu lawan Masyarakat

2)    Kebenaran lawan Kesetiaan

3)    Keadilan lawan Belas Kasihan

4)    Jangka Pendek lawan Jangka Panjang

d.     Tiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu:

1)    Berpikir Berbasis Hasil Akhir

2)    Berpikir Berbasis Peraturan

3)    Berpikir Berbasis Rasa Peduli

e.     Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:

1)   Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

2)    Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?

3)   Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?

4)   Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

Uji benar atau salah, meliputi:

§  Uji legal

Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut?

§  Uji regulasi

Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?

§  Uji intuisi

Berdasarkan perasaan dan intuisi, apakah ada yang salah dalam situasi ini?

§  Uji publikasi

Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah Anda merasa nyaman? Bila Anda tidak merasa nyaman, kemungkinan kasus tersebut bukan kasus dilema etika, namun bujukan moral.

§  Uji Panutan/Idola

Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Jika situasi gagal melalui salah satu uji tersebut, maka tidak perlu melanjutkan pada langkah berikutnya, kemungkinan besar situasi tsb adalah bujukan moral, bukan dilema etika.

5)    Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi?

6)    Prinsip mana yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini?

7)    Adakah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya (Investigasi Opsi Trilemma)?

8)    Apa keputusan yang Anda ambil?

9)    Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan yaitu dalam pengambilan keputusan antara kasus dilema etika dan bujukan moral ternyata berbeda. Pertama dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika menggunakan sembilan langkah sedangkan pada kasus bujukan moral, dimana ada kondisi benar dan salah, kita harus memilih benar. Kedua pada kasus dilema etika, pengambilan keputusan tidak hanya berorientasi pada penyelesaian, namun harus ada paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang harus diperhatikan.

 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menghadapi situasi moral dilema di mana permasalahan tersebut mengandung nilai semuanya benar. Akhirnya dalam pengambilan keputusan, saya hanya menggunakan perasaan saya. Setelah saya belajar modul ini, saya menjadi paham bahwa dalam pengambilan keputusan tidak hanya mengandalkan perasaan, tetapi ada paradigma, prinsip, dan langkah yang harus dilakukan.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Perubahan yang saya alami setelah mempelajari modul ini yaitu tentang cara pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Sebelumnya ketika mengambil keputusan, saya hanya mengandalkan perasaan yang menurut saya benar tanpa menguji dampaknya bagi pihak lain. Tetapi setelah mempelajari modul ini, saya baru memahami bahwa dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan paradigma, prinsip, dan langkahnya. Kompetensi sosial emosional juga sangat berperan dalam pengambilan keputusan, karena kondisi sosial emosional akan berdampak pada keputusan yang diambil.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Saya merasa materi pada modul ini sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan saya, khususnya dalam pengambilan keputusan baik sebagai seorang individu dan pemimpin. Dalam kehidupan sering sekali kita dihadapkan pada permasalahan dilema etika maupun bujukan moral. Berbekal materi ini, saya dapat menghadapi dan menyelsaikan permasalahan dengan pengambilan keputusan yang tepat.

 

Demikianlah koneksi antarmateri modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, semoga bermanfaat.

 

Wassalamu'alaikum wr. wb

13 komentar:

  1. Dewi
    Luar biasa, bisa menambah pengetahuan. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Ekomei
    Luar biasa sekali perjalanan yang bu Fitri ceritakan. Memberikan wawasan dalam pengambilan keputusan

    BalasHapus
  3. Materi yang disampaikan bu fitri sudah lengkap dan menginspirasi saya

    BalasHapus
  4. Yulian Donor Setia23 Oktober 2024 pukul 17.03

    rangkuman yang dibuat bu Fitri lengkap dan menginspirasi. semangat bu Fitri

    BalasHapus
  5. rangkuman yang disajikan Bu fitrisangat lengkap, menambah pengetahuan dan memantapkan saya dalam mempelajari Modul 3.1 mengenai pengambilan Keputusan Berbasi Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.

    BalasHapus
  6. Sangat menginspirasi sekali Bu Fitri, rangkumannya lengkap.Lanjutkan Ibu guru hebat.

    BalasHapus

mohon sertakan identitas
nama :..
komentar

terima kasih