Pengambilan Keputusan
Berbasis Nilai-Nilai
Kebajikan sebagai
Pemimpin
Assalamu’alaikum wr.
wb,
Saya Fitri Hastuti
Febriana, S.Pd dari SD Negeri 5 Teluk, Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11
Kabupaten Banyumas. Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset
saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan.
Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Kalis Haryanto,
S.Pd selaku Fasilitator dan Ibu Yunelly Wikundari, S.Pd selaku pengajar
praktik. Dalam Pendidikan guru penggerak ini, saya tergabung di kelas 11.019
BBGP Jateng.
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan
berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
kutipan berikut ini:
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun
mengajarkan mereka apa yang barharga/utama adalah yang terbaik”
(Bob Talbert)
Kutipan Bob Talbert, “Mengajarkan anak
menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah
yang terbaik” menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pendidikan tidak hanya
pada aspek teknis seperti keterampilan menghitung, tetapi juga pada pemahaman
nilai-nilai dan prinsip kebajikan universal yang lebih dalam. Pendidikan tidak
hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan yang mengajarkan
Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas,
kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan
yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan
beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana
mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai
pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan
universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat
manusia menjadi berperilaku etis”
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel)
Dari kutipan diatas, Pendidikan merupakan proses
menuntun penguatan karakter dan nilai-nilai kebajikan universal yang diterima
di seluruh dunia. Pendidikan karakter sangat penting apalagi di zaman yang
sudah modern seperti ini. Penguatan nilai karakter sangat dibutuhkan generasi
sekarang untuk mencetak generasi pintar tidak hanya di bidang intelektual saja
tetapi juga mempunyai akhlak dan adab yang tinggi.
Diawali dengan,
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan
dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap Triloka yang
digagas oleh Ki Hajar Dewantara yaitu yang terkenal dengan semboyan ing ngarsa
sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Pratap yang
pertama yaitu ing ngarsa sung tuladha artinya di depan dapat memberikan teladan
yang baik. Seorang pemimpin harus berani dan percaya diri baik dalam mengambil
keputusan berdasarkan prinsip pemimpin maupun menghadapi konsekuensi dan
implikasi dari keputusan yang diambil. Sehingga kelak dapat menjadi teladan
yang baik bagi rekan sejawat dan murid. Pratap yang kedua yaitu ing madya
mangun karsa artinya di tengah dapat membangun semangat dan kemampuan. Seorang
guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan
yang berpihak pada murid, serta membangkitkan semangat dan kemampuan muridnya.
Pratap yang ketiga tut wuri handayani artinya di belakang dapat memberikan
dorongan kinerja untuk mengembangkan potensi. Seorang guru sebagai pemimpin
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang dapat mendorong kinerja
murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil, dan kesiapan belajar
murid.
Dapat disimpulkan bahwa
seorang pemimpin harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi
Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara dengan menjadi teladan yang baik,
fasilitator, motivator, dan mampu membentuk karakter murid sesuai profil
pelajar Pancasila, serta menerapkan prinsip dan langkah pengujian dalam
pengambilan keputusan.
Bagaimana nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita
ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Seorang pemimpin akan
menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung
dilema secara etika dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang
sama-sama benar. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan tidak terlepas
dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita dan keputusan tersebut akan
merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kita. Keputusan tepat yang
diambil merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan
dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif antara lain mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai tersebut merupakan
manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri,
pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berinteraksi sosial dalam
mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan
konsekuensi yang akan terjadi.
Bagaimana materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada
sebelumnya.
Bimbingan yang telah
dilakukan oleh fasilitator dan pengajar pratik mengenai pengambilan keputusan
sangat efektif karena melalui coaching saya lebih memahami tentang
langkah-langkah pengambilan keputusan, saya mampu mengevaluasi keputusan yang
telah saya ambil sebelumnya, apakah sudah berpihak kepada murid, apakah sudah
sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, dan apakah keputusan tersebut
dapat dipertanggungjawabkan. Coaching juga dapat membantu saya dalam
mengidentifikasi permasalahan baik dilema etika maupun bujukan moral dengan
memperhatikan paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, serta
langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid maupun
komunitas praktisi di sekolah.
Bagaimana kemampuan guru
dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru
dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan khususnya dalam masalah dilema etika. Kompetensi
sosial dan emosional diperlukan, agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran
dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan
merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. Dalam mengelola aspek sosial
emosional yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan
teknik mindfullnes atau kehadiran penuh dengan nilai-nilai kebajikan.
Bagaimana pembahasan
studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik ketika
dihadapkan pada masalah moral atau etika, baik secara sadar atau tidak, akan
terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan
mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang
dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya
tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma maka keputusan yang
diambilnya cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan
kebanyakan pihak. Seorang pendidik yang memiliki nilai reflektif, mandiri,
inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid akan menentukan keputusan
masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar, dan meminimalisir
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak
khususnya murid.
Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman, dan nyaman?
Pengambilan keputusan
yang tepat tekait masalah moral atau etika dapat dicapai melalui
langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika pengambilan keputusan
dilakukan secara akurat melalui proses analisis masalah yang cermat sesuai
langkah tersebut, maka keputusan yang diambil akan mampu mengakomodasi semua
kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
Apakah
tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Proses pengambilan
keputusan terhadap kasus dilema etika dengan menggunakan paradigma dilema
etika, prinsip pengambilan keputusan, serta langkah dalam pengujian dan
pengambilan keputusan merupakan hal baru. Sehingga membutuhkan proses dan waktu
yang panjang untuk merubah pola pikir baik guru, murid maupun komunitas
praktisi yang ada di sekolah untuk melakukan perubahan dalam pengambilan
keputusan. Perlu adanya komunikasi dan sosialisasi untuk memberikan pemahaman
tentang paradigma baru dalam pengambilan keputusan dan mampu beradaptasi dengan
perubahan tersebut.
Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan
yang kita lakukan selama pengajaran sangat berpengaruh terhadap murid. Apabila
keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode
yang digunakan oleh guru, media, dan sistem penilaian yang dilakukan sudah sesuai
dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada
murid, dalam hal metode, media, penilaian, dan lain sebagainya maka kemerdekaan
belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Bagaimana seorang
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid-muridnya?
Guru sebagai pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan yang memerdekakan murid tentu akan
mempengaruhi kehidupan masa depan murid tersebut. Murid akan terbentuk menjadi
manusia yang merdeka, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan
masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi
yang matang, penuh pertimbangan, dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan
penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang berpihak kepada murid
harus mempertimbangkan minat belajar, profil belajar, dan kesiapan belajar
murid yang kemudian diaplikasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Apakah kesimpulan akhir
yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya
dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang
dapat saya tarik dari modul yang sudah saya pelajari dan kaitannya dengan
materi pada modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu
kompetensi yang harus dimiiki oleh guru. Dalam pengambilan keputusan harus
berlandaskan kepada Pratap Triloka filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan
sebagai pemimpin pembelajaran melalui coaching. Seorang guru juga harus
menguasai kompetensi sosial emosional untuk dapat mengambil keputusan yang
berpihak pada murid melalui Teknik kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Sejauh mana pemahaman
Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema
etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya tentang
materi pada modul ini, antara lain:
a. Dilema etika merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus
memilih antara dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling
bertentangan.
b. Bujukan moral merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus
memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah.
c. Empat paradigma pengambilan keputusan, yaitu:
1) Individu lawan Masyarakat
2) Kebenaran lawan Kesetiaan
3) Keadilan lawan Belas Kasihan
4) Jangka Pendek lawan Jangka
Panjang
d. Tiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu:
1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir
2) Berpikir Berbasis Peraturan
3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli
e. Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:
1) Apa nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam studi kasus tersebut?
2) Siapa yang terlibat dalam
situasi tersebut?
3) Apa fakta-fakta yang relevan dengan
situasi tersebut?
4) Mari kita lakukan pengujian benar atau
salah terhadap situasi tersebut.
Uji benar atau salah, meliputi:
§ Uji legal
Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi
tersebut?
§ Uji regulasi
Apakah ada pelanggaran
peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?
§ Uji intuisi
Berdasarkan perasaan dan intuisi, apakah ada
yang salah dalam situasi ini?
§ Uji publikasi
Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda
dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah Anda merasa nyaman? Bila Anda
tidak merasa nyaman, kemungkinan kasus tersebut bukan kasus dilema etika, namun
bujukan moral.
§ Uji Panutan/Idola
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh
panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Jika situasi gagal melalui salah satu uji
tersebut, maka tidak perlu melanjutkan pada langkah berikutnya, kemungkinan
besar situasi tsb adalah bujukan moral, bukan dilema etika.
5) Jika situasinya adalah situasi
dilema etika, paradigma mana yang terjadi?
6) Prinsip mana yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah ini?
7) Adakah penyelesaian yang kreatif
dan tidak terpikir sebelumnya (Investigasi Opsi Trilemma)?
8) Apa keputusan yang Anda ambil?
9) Coba lihat lagi keputusan Anda
dan refleksikan.
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan yaitu
dalam pengambilan keputusan antara kasus dilema etika dan bujukan moral
ternyata berbeda. Pertama dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika
menggunakan sembilan langkah sedangkan pada kasus bujukan moral, dimana ada
kondisi benar dan salah, kita harus memilih benar. Kedua pada kasus dilema
etika, pengambilan keputusan tidak hanya berorientasi pada penyelesaian, namun
harus ada paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang harus diperhatikan.
Sebelum mempelajari
modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda
pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari
modul ini, saya pernah menghadapi situasi moral dilema di mana permasalahan
tersebut mengandung nilai semuanya benar. Akhirnya dalam pengambilan keputusan,
saya hanya menggunakan perasaan saya. Setelah saya belajar modul ini, saya menjadi
paham bahwa dalam pengambilan keputusan tidak hanya mengandalkan perasaan,
tetapi ada paradigma, prinsip, dan langkah yang harus dilakukan.
Bagaimana dampak
mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada
cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran
modul ini?
Perubahan yang saya
alami setelah mempelajari modul ini yaitu tentang cara pengambilan keputusan
pada kasus dilema etika. Sebelumnya ketika mengambil keputusan, saya hanya
mengandalkan perasaan yang menurut saya benar tanpa menguji dampaknya bagi
pihak lain. Tetapi setelah mempelajari modul ini, saya baru memahami bahwa
dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan paradigma, prinsip, dan
langkahnya. Kompetensi sosial emosional juga sangat berperan dalam pengambilan
keputusan, karena kondisi sosial emosional akan berdampak pada keputusan yang
diambil.
Seberapa penting
mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai
seorang pemimpin?
Saya merasa materi pada
modul ini sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan saya, khususnya dalam
pengambilan keputusan baik sebagai seorang individu dan pemimpin. Dalam
kehidupan sering sekali kita dihadapkan pada permasalahan dilema etika maupun
bujukan moral. Berbekal materi ini, saya dapat menghadapi dan menyelsaikan
permasalahan dengan pengambilan keputusan yang tepat.
Demikianlah koneksi
antarmateri modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
sebagai Pemimpin, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr. wb
Dewi
BalasHapusLuar biasa, bisa menambah pengetahuan. Terima kasih
Terima kasih bu Dewi
HapusEkomei
BalasHapusLuar biasa sekali perjalanan yang bu Fitri ceritakan. Memberikan wawasan dalam pengambilan keputusan
Terima kasih Pak Eko
HapusMateri yang disampaikan bu fitri sudah lengkap dan menginspirasi saya
BalasHapusTerima kasih bu Eka
HapusKereeennn
BalasHapusrangkuman yang dibuat bu Fitri lengkap dan menginspirasi. semangat bu Fitri
BalasHapusTerima kasih Bu Yulian
Hapusrangkuman yang disajikan Bu fitrisangat lengkap, menambah pengetahuan dan memantapkan saya dalam mempelajari Modul 3.1 mengenai pengambilan Keputusan Berbasi Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.
BalasHapusAlhamdulillah terima kasih bu Niti
HapusSangat menginspirasi sekali Bu Fitri, rangkumannya lengkap.Lanjutkan Ibu guru hebat.
BalasHapusTerima Kasih Bu Essy, sukses selalu
Hapus