Oleh:
Yulian Donor Setia, S.Pd
CGP Angkatan 11
SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas
Assalamualaikum wr.wb.
Salam Guru Penggerak.
Hallo sahabat Guru, saya Yulian Donor Setia Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Kalis Haryanto selaku fasilitator dan Ibu Chanifah selaku Pengajar Praktik yang selalu membimbing, mengarahkan, dan memberikan semangat kepada saya. Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang koneksi antar materi modul 3.1. terkait Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.
Sebelumnya mari kita renungkan kutipkan kalimat bijak berikut ini bersama.
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan sebagai proses pembelajaran seumur hidup untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diharapkan sebagai manusia yang utuh dilingkungan masyarakat. Pendidikan tidak hanya memaksimalkan pengetahuan pada diri siswa tetapi juga merupakan pengembangan potensi diri dan pembentukan karakter untuk mampu bersosialisasi dengan baik sehingga mampu menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri juga lingkungannya atau masyarakat. Sekolah sebagai sebuah institusi moral, merupakan sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai etika moral yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah merupakan teladan bagi murid.
Sebagai seorang pendidik harus memiliki nilai-nilai etika moral dalam perilaku keseharian yang akan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Peran seorang pendidik harus memberikan kontribusi bagi peserta didik, contohnya, dalam mengambil keputusan harus berpihak pada nilai-nilai kebajikan yang berpihak pada murid.
Dalam kutipan selanjutnya:
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Pada kalimat kutipan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses yang menuntun siswa dalam menguatkan karakter yang sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat sehingga menjadi individu yang memiliki nilai moral, nilai kebajikan dan kebenaran untuk menjadi generasi yang beretika. Generasi masa depan merupakan cerminan pendidikan saat ini, sehingga sebagai pendidik kita seperti melukis sebuah karya yang akan tercermin dimasa mendatang.
Berdasarkan pemahaman pada kutipan diatas, berikut adalah tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara dalam pratap trilokanya yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani sebagai landasan bagi seorang pendidik mampu memberikan teladan, membimbing, dan mendorong muridnya untuk menjadi generasi yang tidak hanya memiliki kemampuan pengetahuan yang cakap tetapi juga berkarakter seperti yang tercermin pada Profil Pelajar Pancasila.
Pratap semboyan pertama yaitu ing ngarsa sung tuladha yang memiliki arti bahwa seorang pemimpin yang berjalan di depan dapat memberikan teladan yang baik. Seorang pemimpin harus berani dan percaya diri baik dalam mengambil keputusan berdasarkan prinsip pemimpin maupun menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambil. Sehingga kelak dapat menjadi teladan yang baik bagi rekan sejawat dan murid.
Pratap kedua yaitu ing madya mangun karsa artinya di tengah dapat membangun semangat dan kemampuan. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak pada murid, serta membangkitkan semangat dan kemampuan muridnya.
Pratap yang ketiga tut wuri handayani artinya di belakang dapat memberikan dorongan kinerja untuk mengembangkan potensi. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil, dan kesiapan belajar murid.
Jadi sebagai seorang pemimpin harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi pratap triloka Ki Hajar Dewantara dengan menjadi teladan yang baik, fasilitator, motivator, dan mampu membentuk karakter murid sesuai profil pelajar Pancasila, serta menerapkan prinsip dan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebagai seorang pemimpin kita akan menghadapi situasi pengambilan suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika atau bujukan moral yang berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan tidak terlepas dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita dan keputusan tersebut akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kita.
Perilaku seorang pemimpin merupakan cerminan dari nilai-nilai diri yang tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang akan menentukan ketika seseorang mengambil keputusan. Begitu pula dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), akan mendukung dalam mewujudkan sikap Tut Wuri Handayani.
Keputusan yang diambil dengan tepat pastinya merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh seorang pemimpin. Nilai-nilai positif tersebut antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid yang merupakan manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara sadar untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Sebagai seorang pemimpin pasti akan dihadapkan pada berbagai dilema etika yang membutuhkan keputusan yang tepat dan mengandung nilai-nilai kebajikan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah yang berpedoman pada prinsip tertentu, karena kebijakan pengambilan keputusan berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang sifatnya strategis
Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Melalui bimbingan bapak fasilitator dan pengajar praktik tentang teknik coaching dalam pengambilan keputusan sangat membantu pemahaman saya. Teknik coaching dalam pengambilan keputusan mampu menghasilkan keputusan yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan yang sesuai dengan visi misi sekolah dan berpihak pada murid serta dapat menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosional yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya dalam masalah dilema etika. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan, agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. Dalam mengelola aspek sosial emosional yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan teknik mindfullnes atau kehadiran penuh dengan nilai-nilai kebajikan
Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, di saat harus melakukan pengambilan keputusan. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Menentukan siapa saja yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
Pengujian paradigma benar lawan benar
Prinsip Pengambilan Keputusan
Investigasi Opsi Trilemma
Buat Keputusan
Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik ketika dihadapkan pada masalah moral atau etika, baik secara sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma maka keputusan yang diambilnya cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Seorang pendidik yang memiliki nilai reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid akan menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar, dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat terkait masalah moral atau etika dapat dicapai melalui langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis masalah yang cermat sesuai langkah yang telah ditetapkan, maka keputusan yang diambil akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Proses pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika dengan menggunakan paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, serta langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan merupakan hal baru. Sehingga membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk merubah pola pikir baik guru, murid maupun komunitas praktisi yang ada di sekolah untuk melakukan perubahan dalam pengambilan keputusan. Perlu adanya komunikasi dan sosialisasi untuk memberikan pemahaman tentang paradigma baru dalam pengambilan keputusan dan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Sebagai guru dalam pengambilan keputusan yang kita lakukan sangat berpengaruh terhadap murid. Keputusan dalam melaksanakan pembelajaran yang sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media, dan sistem penilaian yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka akan dapat memberikan kenyamanan belajar murid, memerdekakan murid untuk memperoleh pengetahuan baru dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya jika seorang guru tidak memahami diferensiasi pembelajaran yang berpihak kepada murid dalam mengambil keputusan, tentu saja kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang memerdekakan murid tentu akan mempengaruhi kehidupan masa depan murid tersebut. Murid akan terbentuk menjadi manusia yang merdeka, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, penuh pertimbangan, dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang berpihak kepada murid harus mempertimbangkan minat belajar, profil belajar, dan kesiapan belajar murid yang kemudian diaplikasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir dari pembelajaran materi Modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa dalam pengambilan keputusan sebagai salah satu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mempengaruhi karakter murid dimasa yang akan datang. Keputusan yang diambil harus dapat memberikan manfaat bagi murid untuk mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu penerapan budaya positif dan penggunaan alur yang tertata seperti BAGJA harus dilakukan dengan tepat untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar Pancasila.
Pada kenyataannya tidak dipungkiri bahwa akan mengalami banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya tentang materi pada modul ini, antara lain:
Dilema etika merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus memilih antara dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan.
Bujukan moral merupakan sebuah situasi ketika seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah.
Empat paradigma pengambilan keputusan, yaitu:
1) Individu lawan Masyarakat
2) Kebenaran lawan Kesetiaan
3) Keadilan lawan Belas Kasihan
4) Jangka Pendek lawan Jangka Panjang
Tiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu:
1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir
2) Berpikir Berbasis Peraturan
3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:
1) Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
2) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
3) Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
4) Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
Uji benar atau salah, meliputi:
Uji legal
Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut?
Uji regulasi
Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?
Uji intuisi
Berdasarkan perasaan dan intuisi, apakah ada yang salah dalam situasi ini?
Uji publikasi
Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah Anda merasa nyaman? Bila Anda tidak merasa nyaman, kemungkinan kasus tersebut bukan kasus dilema etika, namun bujukan moral.
Uji Panutan/Idola
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Jika situasi gagal melalui salah satu uji tersebut, maka tidak perlu melanjutkan pada langkah berikutnya, kemungkinan besar situasi tsb adalah bujukan moral, bukan dilema etika.
5) Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi?
6) Prinsip mana yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini?
7) Adakah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya (Investigasi Opsi Trilemma)?
8) Apa keputusan yang Anda ambil?
9) Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan yaitu dalam pengambilan keputusan antara kasus dilema etika dan bujukan moral ternyata berbeda. Pertama dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika menggunakan sembilan langkah sedangkan pada kasus bujukan moral, di mana ada kondisi benar dan salah, kita harus memilih benar. Kedua pada kasus dilema etika, pengambilan keputusan tidak hanya berorientasi pada penyelesaian, namun harus ada paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang harus diperhatikan.
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Di samping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekuensinya.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan adalah dengan sharing dengan rekan sejawat an meminta saran atau pertimbangan sebelum saya memutuskan suatu yang saya yakini benar. Tetapi, setelah saya belajar modul ini saya menjadi paham bahwa dalam pengambilan keputusan yang tepat akan lebih baik menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Pada modul 3.1 menambah pengetahuan saya bahwa bagaimana konsep yang benar dalam mengambil keputusan harus ada langkah-langkah yang tepat sesuai paradigma dan prinsip-prinsip yang ada sehingga memiliki nilai-nilai kebajikan yang dapat memberikan dampak yang besar baik bagi diri sendiri ataupun setiap orang di sekitar kita dan tak terkecuali murid. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang tepat didasarkan pada kesepakatan bersama dalam aturan lingkungan yang ada dan hanya berdasar regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak langkah-langkah yang menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
Dalam hal ini ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin pembelajar harus mengikuti kaedah yang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Melalui pengambilan keputusan tersebut akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bernilai positif dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Demikian koneksi antar materi modul 3.1 yang saya paparkan. Saya masih membutuhkan banyak pembelajaran untuk menjadi pemimpin pembelajar yang kompeten. Saya menyadari masih banyak kekurangan diri saya sebagai seorang pemimpin pembelajar, sehingga saya membutuhkan saran dan masukan sebagai motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain.
Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.
Guru bergerak Indonesia maju.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Rangkumanya lengkap sekali bu keren
BalasHapusterima kasih bu Yeni
Hapusbagus materinya bu Yuli. semangat selalu mengikuti CGP
BalasHapusterima kasih bu Risa
HapusNur Laeli : Sangat lengkap bu yulian
BalasHapusSemoga sukses bu yulian, mantapp
BalasHapusPemaparan dan rangkuman yang disajikan Bu Yulian sangat lengkap, menambah pengetahuan dan memantapkan saya dalam mempelajari Modul 3.1 mengenai pengambilan Keputusan Berbasi Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.
BalasHapusLengakp sekali Bu Yulian, mantap.
BalasHapusBagus sekali Bu Yulian, mantap.
BalasHapusMenambah pengetahuan saya, sukses selalu Bu Yulian
BalasHapus